Let’s Try Caving
Aristoteles pernah berkata “Didalam segala hal yang ada di alam, sesungguhnya kita bisa melihat banyak keajaiban.” Memang ketika kita berbicara mengenai keindahan yang disajikan oleh alam, kita tidak akan menemui titik akhir. Alam memberikan banyak sekali manfaat dan keindahan bagi kita manusia. Dewasa ini, banyak sekali berkembang kegiatan-kegiatan kepecintaan alaman, seperti mendaki gunung, rafting, ataupun rock climbing. Namun ada satu lagi kegiatan outdoor yang dapat dilakukan oleh para pecinta alam, yag tentunya tidak kalah seru dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Kegiatan itu adalah kegiatan caving atau susur gua.
Nahhh, ada yang tau gak caving itu ngapain????
Hmmm kayanya caving masih terdengar kurang familiar yah ditelinga kita karena memang kegiatan ini merupakan kegiatan yang masih kurang populer di Indonesia. Sebenarnya sejarah perkembangan caving di dunia sudah terjadi sejak 200 tahun yang lalu, yaitu ketika Louis Marsalliers menuruni gua vertical Fairies di Languedoe, Prancis pada 15 Juli 1780. Namun di Indonesia, kegiatan ini baru mulai dikenal pada tahun 1980-an, ketika Persatuan Speleologi dan Caving Indonesia dibentuk di Bogor. Dari sinilah awal mula perkembangan kegiatan caving di Indonesia. Namun perkembangan caving di Indonesia tidaklah selalu berjalan mulus. Aspek keamanan dan pengetahuan menjadi kendala utama. Mengingat ketika melakukan susur gua, tidak hanya ketrampilan fisik yang dibutuhkan, namun pengetahuan tentang speleology dan keamanan susur gua juga sangat penting. Karena Gua memiliki sifat yang khas nya tersendiri.
Eh iyaaa, disamping memberikan keindahan landscape gua, kegiatan caving juga memiliki potensi bahaya lohhh, dengan catatan jika dilakukan dengan teknik dan pengetahuan yang kurang. Bahaya-bahaya penelusuran gua secara sudut pandangnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu Antroposentrisme, dan Speleosentrisme
Berikut contoh beberapa bahaya dalam caving :
- Terpeleset/terjatuh
- Kepala terantuk atap gua/stalaktit/bentukan gua lainnya.
- Tresesat
Hal ini terjadi terutama bila lorong bercabang-bertingkat dan daya orientasi pemimpin regu penelusur kurang baik. Karenanya setiap penelusuran wajib dilakukan dengan penuh perhatian oleh setiap penelusur. Bentuk lorong yang telah dilewati, dibelakang pungung harus diperhatikan secara periodik, karena saat kembali pasti berbeda dengan saat pergi. Pada setiap percabangan ditinggalkan tanda yang mudah dikenal dan tidak merusak lingkungan (misalnya tumpukan batu, atau kertas berwarna dan berefleksi bila terkena sorotan lampu (fluorensensi) yang mudah diangkat kembali). Hal ini tambah penting, apabila kecuali bercabang gua bertingkat banyak.
- Tenggelam
Hal ini terjadi terutama apabila nekat memasuki gua pada musim hujan tanpa mempelajari topografi dan hidrologi karst maupun sifat sungai di bawah tanah. Bahaya semakin nyata kalau harus melewati air terjun atau jeram deras. Apalagi kalau harus melakukan penyelamatan bebas tanpa alat dan penelusur kurang mahir berenang/menyelam. Jangan lupa membawa pelampung dan sumber cahaya kedap air. Mengarungi sungai yang dalam, harus pakai tali pengaman dengan lintasan tepat.
- Kedinginan (Hipotermia).
Hal ini terjadi terutama bila lokasi gua jauh di atas permukaan laut, penelusur beberapa jam terendam air, dan adanya angin kencang yang berhembus dalam lorong tersebut. Diperberat apabila penelusur lelah, lapar, tidak pakai pakaian memadai. Karenanya harus tepat mengetahui lokasi mulut gua dan lorong-lorong ketinggiannya di atas permukaan laut (diukur pakai altimeter), suhu air dan udara dalam gua. Harus pula masuk gua dalam keadaan fisik sehat, cukup makan dan bawa makanan cadangan bergizi tinggi.
Nahhh untuk meminimalisir dan mengantisipasi bahaya-bahaya tersebut, maka diperlukan pemahaman dan keterampilan yang matang sebelum dan saat melaksanakan kegiatan susur gua. Salah satu caranya adalah dengan mempersiapkan peralatan untuk susur gua secara matang. Karena tanpa perlatan yang memadai, kegiatan susur gua akan menjadi sangat berbahaya dilakukan.
Teman-teman tau gak?? Pada dasarnya peralatan caving dibagi menjadi dua yakni peralatan pribadi dan peralatan kelompok.
a. Peralatan Pribadi
- Dipilih yang kuat,Tahan terhadap lumpur yang liat, serta memiliki sol yang kasar sehingga tidak licin oleh lumpur maupun dinding dan lantai gua yang basah.
- Coverall (overall)
- Pakaian khusus yang dapat menahan tajamnya medan dalam gua, yang dapat segera kering apabila basah,
- Yang dapat melindungi seluruh tubuh dari tumbuhan gatal sekitar mulut gua,
- Memiliki kantung yang cukup untuk perbekalan dan perlengkapan personal.
- Hand glove.
- Yang dapat menahan dingin,
- Menahan tajamnya batuan dalam gua.
- Helm
- Yang memiliki lapisan kevlar sehingga tidak mudah pecah. Sehingga betul‐betul dapat melindungi kepala dari benturan dan runtuhan.
- Memiliki lilitan terhadap kepala yang nyaman sehingga tidak mengganggun saat kegiatan berlangsung dan tidak melelahkan kepala dan leher
- Peredaran darah disekitar kepala lancar.
- Boom
- Pilih yang tidak mudah macet,
- aliran air kedalam tabung karbit lancar,
- Tahan benturan.
- Survival bag
- Senter
- Jangan dikalungkan pada leher, karena dapat terbelit saat descending atau ascending.
- Bawa cadangan batery dan bola lampu, dihitung tidak termasuk pada cadangan yang ada di survival bag.
- Caving pack sack sebagai tambahan dapat membawa sarung tangan
- Pelampung
- SRT‐set.
SRT‐set terdiri dari :
- Seat Harness
- Ascender
- Descender
- Foot Loop
- Chest Harness
- Mailon Rapide (MR)
- Cowstall
b. Peralatan Kelompok
- Tali (kernmantel)
- Tangga atau ladder
- Tali Pita (webbing)
- Cincin Kait (carrabiner)
- Pengaman sisip
- Paku beton
- Baut atau bolts
- Hanger
- Hammer
- pull
Nahhhh jika kita telah mempersiapkan perlalatan dengan matang, maka secara langsung kita telah menjaga diri kita dari hal-hal buruk yang tidak kita inginkan. Tentunya selain aspek teknis seperti peralatan tadi, kita juga bisa melakukan antisipasi untuk masing – masing klasifikasi bahaya yaitu dengan cara selalu taat terhadap Etika, Moral dan Kewajiban Penelusur Gua, serta dengan cara selalu meningkatkan kualitas pengetahuan kita terhadap pengetahuan pendukung speleology dan juga menyiapkan mental kita sebelum dan saat melakukan kegiatan penelusuran gua. Ingat Jangan mengambil sesuatu, kecuali mengambil gambar, Jangan meninggalkan sesuatu, kecuali meninggalkan jejak, dan Jangan membunuh sesuatu, kecuali membunuh waktu.
Salam Lestari
Sumber:
Modul GPA Cheby Polstat STIS
Arsono Budi. Diktat Caving dan Speleologi.
penulis: Muhammad Ahnaf Raes
poster: Muhammad Ahnaf Raes
As I site possessor I believe the content matter here is rattling excellent , appreciate it for your efforts. You should keep it up forever! Best of luck.
Excellent post however , I was wondering if you could write a litte more on this subject? I’d be very thankful if you could elaborate a little bit more. Thank you!