TANDA GUNUNG AKAN ERUPSI
Indonesia, sebagai negara rawan bencana, memiliki potensi tinggi untuk mengalami gempa bumi, letusan gunung api, dan tsunami. Letaknya yang strategis pada pertemuan tiga lempeng bumi yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik menyebabkan Indonesia menjadi salah satu wilayah yang paling terpengaruh oleh aktivitas geologis. Dua jalur pegunungan aktif, sirkum Pasifik dan sirkum Mediterania, juga melintasi Indonesia, menyebabkan berbagai gunung api tersebar dari Sumatera hingga Nusa Tenggara. Jumlah gunung api aktif yang mencapai 129 menunjukkan tingginya potensi letusan gunung api di Indonesia, memperkuat statusnya sebagai negara dengan kerawanan erupsi gunung yang signifikan.
Beberapa letusan gunung api yang terjadi memberikan dampak serius terutama bagi masyarakat di sekitarnya. Letusan ini tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Sebelum letusan terjadi, gunung api biasanya mengeluarkan tanda-tanda awal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat agar dapat segera mencari tempat aman. Ini menegaskan pentingnya pengenalan tanda-tanda alam sebelum terjadinya letusan gunung api demi keselamatan bersama.
Erupsi gunung berapi memuntahkan material-material yang ada di dapur magma ke permukaan karena didorong gas bertekanan tinggi. Letusan demi letusan menimbulkan ancaman bagi manusia. Ancaman tersebut diantaranya:
- Partikel halus dari letusan gunung berapi, yang kita kenal sebagai abu vulkanik, dapat berdampak signifikan hingga ratusan kilometer jauhnya karena mudah terbawa angin. Efek dari abu vulkanik ini meliputi masalah pernafasan, gangguan penglihatan, polusi pada sumber air minum, dan bisa juga memicu badai listrik. Selain itu, abu ini dapat merusak mesin, kendaraan bermotor, atap, ladang, atau infrastruktur.
- Lava, yang merupakan cairan panas dari gunung berapi, dapat menjadi ancaman serius bagi kehidupan manusia karena suhunya yang ekstrem.
- Lahar merupakan fenomena alam yang terjadi di lereng gunung berapi, berbentuk seperti banjir bandang yang mengandung campuran lava dan material permukaan lainnya, mengalir ke bawah melalui jalur sungai. Keberadaan lahar sangat berbahaya karena memiliki potensi merusak yang besar, terutama jika mencapai area pemukiman. Tragisnya, lahar juga bisa menimbulkan korban jiwa akibat terseret oleh banjir lahar.
- Awan panas, atau dikenal juga sebagai “wedus gembel”, merupakan hasil dari letusan gunung berapi yang sangat panas. Material ini mengalir turun dan akhirnya menumpuk di dalam dan sekitar sungai di lembah.
- Gas vulkanik adalah gas-gas yang terlepas selama letusan gunung berapi. Gas-gas ini dapat menjadi sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia.
Karena ancaman yang telah dijelaskan sebelumnya, penting sekali bagi kita untuk dapat mengenali tanda-tanda sebelum terjadinya erupsi gunung. Sebelum terjadi aktivitas eksplosif yang sering disebut sebagai erupsi oleh masyarakat, gunung berapi akan menunjukkan perubahan perilaku yang dianggap sebagai sinyal bagi kita untuk bersiap-siap menyelamatkan diri. Tanda-tanda terjadinya erupsi gunung berapi diantaranya:
- Suhu udara naik
Sebelum terjadi erupsi, suhu tanah di sekitar gunung berapi akan naik akibat panas yang berasal dari magma yang mencari jalan keluar. Selain itu, awan panas juga mulai muncul, yang turut menyebabkan peningkatan suhu udara. Penduduk setempat akan merasakan suhu yang lebih panas dari biasanya, bahkan pada malam hari.
- Mata air kering
Akibat suhu udara yang tinggi, beberapa mata air di lereng atas gunung mengalami peningkatan suhu air, kemudian mengalami penurunan debit air, dan akhirnya menguap hingga mengering.
- Frekuensi gempa vulkanik meningkat
Pergerakan magma dalam gunung berapi juga menyebabkan getaran atau gempa. Gempa vulkanik terjadi sebagai akibat dari letusan gunung berapi dan dapat berlangsung mulai dari skala kecil hingga skala besar. Semakin sering dan kuat frekuensi gempa yang dirasakan, semakin dekat waktu erupsi yang akan terjadi. Gempa ini terjadi di daerah sekitar gunung dan kekuatannya tidak begitu besar. Peran petugas di pos pengamatan gunung berapi menjadi sangat penting dalam menentukan kapan evakuasi harus dilakukan.
- Suara gemuruh yang timbul
Ketika gunung berapi akan meletus, pergerakan magma di dalamnya semakin kuat. Hal ini menghasilkan suara gemuruh yang terdengar dari dalam perut gunung dan dirasakan oleh masyarakat di sekitar kawah gunung berapi. Semakin sering dan kuat suara gemuruh yang terdengar, menandakan erupsi yang semakin dekat. Suara gemuruh ini terdengar dengan sangat keras hingga beberapa kilometer jauhnya.
- Tumbuhan layu
Peningkatan suhu udara, suhu mata air, dan suhu tanah, serta munculnya awan panas yang menggelegak mengakibatkan tumbuhan menjadi layu, kering, dan bahkan dapat terbakar.
- Hewan mulai migrasi
Binatang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya. Perubahan suhu, suara gemuruh, dan getaran menyebabkan binatang di gunung berusaha menjauhi wilayah yang dianggap berbahaya. Kelompok burung akan bermigrasi meninggalkan tempat tersebut, hewan ternak terlihat gelisah, dan beberapa jenis hewan yang jarang terlihat akan turun dari gunung sebelum terjadinya letusan.
- Bau Belerang yang menyengat
Bau belerang akan tercium dan menyebar sesuai dengan arah angin.
- Terjadi kilatan bunga api di atas puncak gunung berapi
Pada malam hari, dapat terlihat kilatan-kilatan bunga api yang memancar di puncak gunung berapi.
- Terjadi aliran lava pijar
Aliran lava pijar terlihat jelas pada malam hari dan memiliki kemampuan untuk membakar apa saja yang ada di jalurnya.
Dari pembahasan tentang tanda-tanda alam hingga potensi ancaman letusan, dapat kita ketahui pentingnya pengenalan dini akan ancaman gunung berapi. Tanda-tanda seperti peningkatan suhu udara, gemuruh gunung, dan perubahan alam lainnya menjadi sinyal yang tidak boleh diabaikan. Misalnya, jika ingin mendaki gunung berapi dengan status waspada, para pendaki harus memperhatikan rekomendasi atau himbauan dari Badan Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Himbauan tersebut diantaranya yaitu mematuhi jarak aman dari puncak atau kawah, menggunakan peralatan keselamatan seperti helm pendaki dan alat pelindung diri, serta membawa masker dan obat-obatan. Selain itu, pihak pengelola gunung berapi juga diimbau untuk mensosialisasikan status aktivitas gunung berapi dan rekomendasi pendakian bagi para pendaki. Pengawasan kegiatan pendakian harus diawasi secara ketat agar tidak ada pendaki yang melanggar aturan seperti mendekat ke kawah gunung melewati jarak aman yang telah ditentukan.
Ancaman letusan gunung berapi mengharuskan kita untuk meningkatkan kesadaran akan tanda-tanda alam yang mengisyaratkan kemungkinan erupsi. Melalui edukasi, peringatan dini, dan rencana evakuasi yang terorganisir, kita dapat meminimalkan ancaman dan melindungi nyawa serta harta benda. Kolaborasi antara pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat sangatlah penting dalam membangun komunitas yang tangguh dan mampu bertahan di tengah-tengah ancaman alam. Dengan kesadaran, kesiapsiagaan, dan tindakan bersama, kita dapat mengurangi risiko dan menciptakan kehidupan yang lebih aman bagi semua.
Sumber
Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2016). Buku Penanggulangan Krisis Kesehatan untuk Anak Sekolah: Bersahabat dengan Gunung Berapi. Jakarta: Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2016). Tanda Tanda Alam Gunung Api Akan Meletus. Jakarta: Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Puspitarani, Laksmi. (2016). Penyusunan Buku Nonteks Mengenal Bencana Gunung Api Sebagai Upaya Pengurangan Risiko Bencana Di Sekolah [Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Handayaningsih, Sri. (2018). Bersahabat dengan Bencana Alam. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.